Desa Balida Budidayakan Ikan Dengan Metode Bioflok
Selama ini, saat bicara budidaya ikan, umumnya yang tergambar adalah tambak, bak, atau karamba. Tambak ialah kolam buatan, biasanya terdapat di wilayah pantai atau pesisir yang lembap payau atau air asin, digunakan untuk budidaya ikan, udang atau kerang. Kalau yang digunakan untuk memelihara ikan air tawar yang terdapat di daratan, umumnya disebut empang atau kolam saja.
http://https://www.youtube.com/watch?v=ZNI8CqOxXEQ
Sedangkan karamba umumnya dibentuk dari papan dan bambu, ialah wadah semacam sangkar yang sengaja ditaruh di sungai, danau, atau perairan bahari di sekitar pantai untuk kebutuhan memelihara ikan. Kini, pertumbuhan teknologi sudah melahirkan pula budidaya ikan dengan metode bioflok.
Nama inovasi | : | Pengembangan system bioflok dalam budidaya ikan |
Pengelola | : | Desa, BUMDes dan Kelompok Pembudidaya |
Alamat | : | Desa Balida Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan ( Kalsel ) |
Contact person | : | Sahridin (Pambakal/Kepala Desa) |
Telepon/HP/email | : | +62 823 5804 0477 |
Berawal dari perkenalan dengan owner De Papuyu Farm Hilmi Arifin, aku mengenali bagaimana tata cara ini bisa meminimalkan penggunaan pakan dan mendorong konsumsi pakan ikan yang lebih efisien.
Bioflok ialah kumpulan banyak sekali organisme, pertumbuhannya dipacu melalui sumbangan probiotik dan pemasangan aerator dalam kolam. Selain melakukan proses daur ulang air, aplikasi sistem bioflok ini juga didukung system elektrik yang mengatur gerakan atau pemikiran air kolam secara terus-menerus.
Biaya listrik untuk kebutuhan itu relative tidak besar, hanya sekitar dua ratus ribu rupiah per bulan dengan kolam bioflok sebanyak 15 unit. Menurut Hilmi, sudah banyak desa yang menerapkan metode ini, diantaranya Desa Balida di Kabupaten Balangan.
Bila Hilmi menggunakan metode bioflok untuk budidaya ikan papuyu yang nilainya sangat tinggi dan disukai penduduk Banjar, Kelompok Desa Balida memilih aplikasi sistem ini untuk budidaya ikan patin.
Menurut Pambakal Balida Sahridin, ikan lele, nilai dan gurame juga mampu dibudidayakan dengan sistem ini. Meskipun sempat gagal ketika membudidayakan ikan lele alasannya adalah banyak yang mati terjangkit penyakit, Desa Balida tidak patah semangat dan kembali mencoba menjalankan perjuangan budidaya ikan.
Saat ini, ikan patin usia 4 bulan sudah menyanggupi 2 kolam pemberian CSR PT Adaro. Seribu ekor benih ikan patin yang dibeli seharga Rp 250 ribu, sekarang sudah meraih ukuran sekitar setengah kilogram per ekor. Menurut isu, harga ikan patin di pasaran sekitar Rp 15-20 ribu per kilogram.
Seiring pertumbuhan berat itu, ikan-ikan tersebut lalu dipisah ke dalam 2 kolam yang masing-masing memuat sekitar 500 ekor ikan. Dari penuturan Sahridin, harga bak ikan bioflok ini sekitar 3-5 juta tergantung diameter dan volume kolam.
Ketersediaan dan kualitas air ialah syarat utama kesuksesan budidaya ikan dengan system bioflok ini. Setelah air dimasukkan ke dalam kolam, kemudian diberikan adonan kuman probiotik dan gula merah sebagai media tumbuh pada tahap permulaan. Mikroorganisme berupa bakteri ini menguraikan sisa pakan dan feses ikan sampai menjadi flok yang bisa kembali dikonsumsi ikan.
Adanya flok ini bisa meminimalkan konsumsi pakan sampai 30 %. Pada hari-hari tertentu pakan sengaja tidak diberikan supaya ikan mengkonsumsi flok-flok yang bertebaran di kolam. Mengingat unsur biaya paling besar dalam perjuangan budidaya ikan berasal dari pembelian pakan, pengurangan pakan dengan adanya flok ini mudah juga akan menghemat biaya buatan.
Jumlah pakan yang diberikan selalu berubah setiap bulan seiring kenaikan berat badan ikan. Pakan diberikan 2 kali sehari, sebanyak 3-5% dari berat tubuh ikan per hari. Pakan berbentukpelet sesungguhnya bisa dibentuk sendiri, bahannya antara lain jagung, dedak padi dan bungkil kedelai.
Saat ini, Desa Balida sudah memiliki seperangkat alat yang mampu dipakai untuk membuat pakan. Proses pengerjaan pakan melalui 3 tahapan. Pertama, semua materi dimasukkan ke dalam mesin pencampur. Kedua, bahan yang telah diaduk tersebut kemudian dipress pada mesin atau cetakan pellet. Ketiga, pellet dikeringkan dengan oven atau dijemur secara alami.
Selain budidaya ikan yang diusahakan Kelompok Pembudidaya yang merupakan binaan program CSR PT Adaro, Desa Balida juga telah menyertakan modal sebesar Rp 50 juta untuk usaha budidaya ikan yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Dana tersebut sudah dipakai untuk pengadaan 3 unit kolam ikan, bibit dan penyediaan pakan serta operasional sehari-hari oleh 2 orang pengurus.
Selain acara perjuangan yang bersifat ekonomi, Desa Balida pun ulet membuatkan kegiatan seni-budaya. Sanggar Seni Balida Satria sering diminta tampil dalam banyak sekali event, seperti Aruh Pemuda Sanggam yang dijalankan pada selesai pekan ahad terakhir Oktober 2018 kemarin. Atraksi seni-budaya Banjar yang ditampilkan, antara lain Mamanda, Madihin, Kuda Gipang, Wayang Kulit dan Wayang Gung atau Wayang Orang, dan beladiri Kuntau.
Untuk sarana latihan, Desa Balida telah membangun Balai Rakyat yang berada sempurna di depan lokasi bak ikan. Di sampingnya ada sarana olahraga desa berupa lapangan volley dan bulutangkis. Desa Balida juga telah memiliki perpustakaan desa dan fasilitas kesehatan berupa Poskesdes. ****
0 Response to "Desa Balida Budidayakan Ikan Dengan Metode Bioflok"
Post a Comment